Farmakologi Antitusif, Mukolitik, Ekspektoran, dan Bronkodilator
By : Unknown
Sistem Pernafasan
sistem pernafasan |
Batuk dan Asma
Batuk
·
tanpa dahak :antitusif
·
berdahak :
ekspektoran, mukolitik
Asma
·
obat asma
Obat Batuk Antitusif
Dekstrometorfan HBr
(Bisoltussin®)
Adalah obat batuk antitusif (menekan respon batuk),
digunakan untuk batuk tidak berdahak.
Mekanisme kerja: aksi sentral pada pusat batuk di medulla.
Jangan digunakan pada wanita hamil trimester ketiga, anak
< 1 tahun, kerusakan ginjal parah.
Efek samping: pusing, gangguan saluran cerna.
Codeine (Codipront®)
Selain digunakan sebagai antitusif, juga dapat digunakan utk
analgesik serta antidiare.
Mekanisme kerja: aksi sentral pada pusat batuk di medulla.
Efek samping: ketergantungan, mual, muntah, konstipasi,
mulut kering, sakit kepala.
Mukolitik
Mukolitik = penghancur dahak
Produksi dahak meningkat antara lain pada kondisi alergi,
merokok, dan infeksi.
Mekanisme
Kerja Mukolitik
Ambroxol (Epexol®)
Digunakan sebagai mukolitik pada batuk berdahak.
Merupakan metabolit dari bromheksin
Hendaknya digunakan bersama makanan
Efek samping: efek samping ringan pada saluran pencernaan,
reaksi alergi.
Selain utk obat batuk, ambroxol juga memiliki sifat pereda
nyeri pada sakit tenggorokan/faringitis, shg dikembangkan tablet hisap
ambroxol.
Erdosteine (Edotin®)
Sifat mukolitik lebih baik daripada bromheksin
Efek samping ringan, biasanya hanya di saluran cerna.
Asetilsistein
(Fluimucil®)
Digunakan sebagai mukolitik, dan mencegah keracunan
parasetamol
Efek samping: bronkospasme, gangguan saluran cerna
Asetilsistein memecah ikatan disulfida pada dahak.
Bromheksin
(Bisolvon®)
Efek samping: diare, mual, muntah.
Juga memiliki efek antioksidan
Obat Batuk Ekspektoran
Guaifenesin/gliseril
guaiakolat/GG
Digunakan sebagai ekspektoran pd batuk berdahak, mekanisme
kerjanya dg cara meningkatkan volume dan menurunkan viskositas dahak di trakea
dan bronki, kemudian merangsang pengeluaran dahak menuju faring.
Efek samping: mual, muntah, batu ginjal.
Obat asma
Asma = penyakit inflamasi kronik pada saluran pernafasan,
gejalanya berulang, terdapat obstruksi saluran udara reversibel, dan
bronkospasme.
Diobati dg agonis β2 yg berkerja pendek, antikolinergik,
serta kortikosteroid.
Pengobatan Asma
Pencetus alergi harus dihindari
Obat asma dibagi menjadi 2 kelas umum, yakni pengobatan aksi
cepat (untuk mengatasi gejala akut) dan pengobatan jangka panjang (untuk
mencegah eksaserbasi dan utk mengkontrol asma)
Aksi cepat
-
Agonis β2
-
Antikolinergik
Pengobatan jangka panjang
-
Glukokortikoid
-
Antagonis leukotriene
-
Penstabil sel mast
..Agonis β2
Salbutamol (Ventolin®, Asmacare®)
Digunakan sebagai pilihan pertama obat asma.
Efek samping: tremor, sakit kepala, kram otot, mulut kering,
serta aritmia.
Biasanya diberikan dalam bentuk MDI (metered dose inhaler),
atau nebulizer supaya efeknya lebih cepat. Dapat pula diberikan per oral dan
juga intra vena.
Fenoterol (Berotec®)
Efek samping meliputi tremor ringan pada otot rangka,
palpitasi, takikardi, sakit kepala, batuk, berkeringat.
Diberikan dalam bentuk MDI atau juga cairan untuk inhalasi
(dihirup lewat nebulizer).
Terbutaline
(Bricasma®)
Efek samping hampir sama dg efek samping fenoterol.
Dapat diberikan dalam bentuk tablet, infus, respule, atau
juga turbuhaler.
Orciprenaline/metaproterenol
(Alupent®)
Efek samping: palpitasi, tremor di jari.
Dapat diberikan dalam bentuk tablet, dan MDI.
Salmeterol (Seretide®, kombinasi salmeterol dg fluticasone)
Tergolong LABA (long acting beta adrenoceptor agonist)
Waktu kerja lebih lama (12 jam) daripada salbutamol (4-6
jam)
Hanya digunakan utk kasus severe persistent asthma yg
sebelumnya pernah diterapi dg salbutamol.
Biasanya salmeterol dikombinasikan dg kortikosteroid.
Formoterol
(Symbicort®, suatu kombinasi budesonide (golongan kortikosteroid) dg
formoterol)
Tergolong LABA (long acting beta adrenoceptor agonist)
Lebih cepat mula kerjanya dan lebih manjur dibanding
salmeterol
Manfaat lain Agonis
β2
Salbutamol, Terbutaline, dan Fenoterol digunakan untuk
relaksasi otot polos rahim guna mencegah kelahiran prematur.
..Antikolinergik
Ipatropium bromida
(Atrovent®)
Mekanisme kerja: menghambat mAChR (reseptor asetilkolin
muskarinik), shg terjadi bronkodilasi.
Efek samping: mengantuk, mulut kering.
Biasanya diberikan dalam bentuk MDI, atau juga larutan
inhalasi (hirup) utk nebulizer.
Tiotropium bromida
(Spiriva®)
Digunakan untuk terapi pemeliharaan (maintenance) pasien dg
penyakit paru obstruktif kronik.
Mekanisme kerja sama dg ipatropium bromida, juga memiliki
efek samping yang sama.
..Glukokortikoid
Budesonide
(Pulmicort®)
Tidak digunakan pada pasien dg TBC
Efek samping: candidiasis (tumbuhnya jamur candida) di
mulut/tenggorokan, perubahan sensasi indra pembau dan pengecap.
Tidak seperti steroid lainnya, budesonide memiliki efek
sedikit pada poros hipotalamik-pituitari-adrenal, hal ini menyebabkan
budesonide tidak begitu memerlukan tapering off
(dikurangi perlahan) dosisnya sebelum dihentikan.
Deksametason
Jangan digunakan pada pasien dg infeksi parah, ulkus
gastrointestinal, osteoporosis, sistemik TBC.
Efek samping: gastritis, osteoporosis
Tersedia dalam bentuk tablet dan injeksi
Metilprednisolon
Prednison
..Antagonis Leukotriene
Disebut juga dg nama Leukast
Mekanisme kerja: menghambat leukotriene, yg merupakan
senyawa yg diproduksi sistem kekebalan tubuh. Leukotriene menyebabkan inflamasi
pada asma dan bronkitis, serta mengecilkan jalan pernafasan.
Antagonis leukotriene kurang efektif dibandingkan
kortikosteroid dlm menangani asma, shg kurang disukai.
Zafirlukast
(Accolate®)
Tersedia dalam bentuk tablet
Zileuton
Montelukast
Obat Asma Lainnya
Teofilin
Kini mulai jarang digunakan karena berbagai efek samping.
Khasiat teofilin: relaksasi otot halus bronkial, inotropik
positif (meningkatkan kekuatan denyut jantung), kronotropik positif
(meningkatkan denyut jantung), meningkatkan tekanan darah, meningkatkan aliran
darah ke ginjal.
Efek samping: pusing, diare, aritmia.
Efek toksik ditingkatkan dg ciprofloxacin dan makanan
berlemak.
Source : htwatisuin.blogspot.co.id