- Back to Home »
- Penggolongan dan Mekanisme Obat DM
Dalam penanggulangan diabetes, obat
hanya merupakan pelengkap dari diet. Obat hanya perlu diberikan bila
pengaturan diet secara maksimal tidak berhasil mengendalikan kadar gula
darah. Secara garis besar pengobatan farmakologi diabetes melitus dibagi
menjadi dua, yaitu :
2.1 Insulin
§ Mekanisme Kerja
Insulin
merupakan hormon anabolik dan antikatabolik. Insulin berperan dalam
metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak. Insulin yang diproduksi
secara endogen dipecah dari peptida proinsulin yang lebih besar di sel
beta pankreas ke peptida aktif dari insulin dan peptida-C, yang dapat
digunakan sebagai tanda dari produksi insulin endogen. Semua preparat
insulin yang dijual mengandung hanya peptida insulin yang aktif.
§ Karakteristik.
Karakteristik
yang umum digunakan untuk mengkatagorikan insulin termasuk sumber,
kekuatan, onset, dan durasi aksi. Sebagai tambahan, insulin bisa
dikarakterisasi sebagai analog, didefinisikan sebagai insukin yang
mempunyai asam amino di dalam molekul insulin yang dimodifikasi untuk
menghasilkan fisikokimia dan sifat farmakokinetika yang menguntungkan.
§ Jenis-jenis insulin yang digunakan dalam pengobatan
jenis insulin yang dimurnikan
tahun
1971, ketika insulin jenis “puncak tunggal” dan mono komponen mulai
dikenal, Alloway Bressler mulai meneliti hubungan insulin jenis ini
dengan terjadinya lipoatropi insulin, alergi insulin, hipertrofi insulin
dan diabetes yang labil.
insulin puncak tunggal
insulin puncak
tunggal adalah insuli yang dengan kromatografi gel memakai Sephandex
G-50 dalam asam asetat 1 molar hanya menghasilkan 1 puncak. Perbedaannya
dengan insulin lain yang diyemukan sebelum tahun 1970 adalah
pengurangan jumlah molekul besar yang tampak sebagai puncak A dan puncak
B sehingga tinggal puncak C saja. Pada pemeriksaan dengan disc gel
electrophorese ditemukan bahwa selain insulin dengan puncak C ini, masih
ada sejmlah kecil deamino insulin dan arginin insulin yang merupakan
hasil antara yang berasal dari perubahan prounsulin manjadi insulin.
Insulin yang sangat dimurnikan
Insulin
yang sanagt dimurnikan (highly purified) adalah insulin babi yang
melalui proses pemurnian lebih lanjut dengan cara kombinasi kromatografi
gel da pertukaran ion. Decret menmukan pasien-pasien yang diobati
dengan insulin kerja panjang yang sangat dimurnikan dan berasal dari
abi, mempunyai kadar antibody terhadap insulin lebih sedikit secara
bermakna, disbanding insulin yang dimuurnikan biasa. Daya
imunogenitasnya pada manusia bergantung pada jumlah proinsulin dan
bahan-bahan lain yang menyebabkan kristal insulin tidak murni.
Kalendorf, menemukan bahwa proinsulin akan hilang dalam serum pasien
yang pengobatannya dialihkan menjadi insulin yang sangat dimurnikan, dan
titer antibody terhadap insulinpun turun.
Insulin monokomponen
Insulin
monokomponen adalah insulin puncak tunggal yang dimurnikan lebih lanjut
oleh DEAE selulosa kromatografi dan sephandex G-50 kromatografi.
Schlichtkrull, menyatakan bahwa insulin jenis ini mempunyai kemurnian
99,5 %, dan ternyata penyelidikan pada binatang memperlihatkan insulin
ini tidak bersifat antigenic.
Human insulin
Insulin human ini
dapat diproduksi melalui cara modifikasi kimiawi insulin yag berasal
dari babi (semesintetik) yaitu dengan melakukan reaksi trans-peptidase
pad insulin babi, dimana residu alanin no 30 pada rantai B digantikan
ster treonin. Ester ini kemudian dimurnikan, dikonversi menjadi insulin
human. Atau dengan cara lain yang lebih sering dipakai yaitu memakai
E.coli atau Baker’s yeast (Sacharomyces cerevisiae) memakai tehnik
rekombinan DNA (biosintetik). Mempunyai awal kerja yang lebih cepat,
puncak dan lama kerja lebih singkat jika dibandingkan dengan insulin
sapi
§ Jenis insulin berdasarkan lama kerjanya,
a. Insulin kerja singkat
contohnya
insulin regular (kristal zink insulin, CZI). Saat ini dikenal 2 macam
insulin CZI yaitu dalam bentuk asam dan netral. CZI merupakan suatu
larutan yang mengandung zink yang diperlukan dalam proses pemurnia dan
kristalisasi. Bentuk asam memounyai titik isoelektris (pH dimana daya
larut minimal) 5,3 dan bentuk netral mempunyai pH 7,4. karena itu
insulin jenis ini sangat mudah larut dalam caira tubuh dan dapat
diabsorpsi dengan ceoat dari tempat suntikan. Insulin jenis ini
sebaiknya diberikan 30 menit sebelum makan untuk mendapatkan efek
kontrol glukosa postprandial yang optimal dan untuk mencegah
hipoglikemia-yang-tertunda sesudah makan. Mencapai puncak setelah 1-3
jam dan mempunyai efek sampai 8 jam. Insulin netral dipakai sebagai
insulin yang diberikan secara intavena atau melalui infuse.
Insulin
regular U-500 mempunyai onset-yang-tertunda dan membutuhkan dosis yang
lebih rendah dibandingkan dengan insulin U-100. penambahan protamin
(NPH, NPL, suspensi protamin aspart) atau zinc berlebihan (insulin lente
atau ultralente) akan menunda onset, peak, dan durasi aksi dari
insulin. Variabilitas dari absorpsi, inkonsistensi suspensi insulin oleh
pasien maupun tenaga kesehatan saat menyiapkan dosis bisa mengakibatkan
respon glukosa yang labil.
Waktu paruh injeksi IV insulin regular
adalah 9 menit. Oleh karena itu durasi aksi injeksi IV tunggal adalah
pendek, dan perubahan kecepatan insulin akan mencapai keadaan tunak
dalam 45 menit. Farmakokinetika sediaan IV insulin soluble lainnya
(lispro, aspart, glulisine, dan bahkan glargine) ternyata sama denga
regular insulin, tetapi mereka tidak mempunyai keuntungan yang lebih
dibandingkan insulin regular selain harganya yang lebih mahal.
Insulin
lispro dan Insulin aspart adalah analog insulin yang diproduksi
berdasarkan modifikasi dari molekul insulin manusia. Kedua insulin ini
lebih cepat diabsorpsi dengan durasi efek yang lebih singkat dari
insulin reguler. Hal ini mempermudah pemberian obat yaitu sebelum makan
(dibandingkan 30 menit sebelum makan), efikasi yang lebih baik dalam
menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan dariada insulin reguler
pada pasien DM tipe 1, dan meminimalisasi hipoglikemia-yang-tertunda
sesudah makan.
b. Insulin kerja menengah
Merupakan hasil penelitia
jangka panajang modifikasi insulin verja sedang dan merupakan campuran
antara PZI (Protamina Zink Insuline)dan CZI. Dapat diberikan sebagai
dosis tunggal. NPH merupakan insulin dan protamine yang berada pada
kadaan stokiometri sehingga cristal yang terbentuk tidak menyisakan
bentuk aslinya. Insulin tipe-tipe ini mempunyai keuntungan PZI. ).
Monotard/Lente
Dengan
mengubah pH, campuran insulin dengan zink dalam jumlah besar dapat
diubah menjadi bentuk cristal amorf atau mikrokristal. Awal kerjanya
berbanding terbalik dengan besar cristal. Monotard sama dengan lente
tapi dibuat dari páncreas babi. Awal verja 1,5-2,5 jam dan mempunyai
lama verja sampai kira-kira 24 jam.
NPH dan insulin Lente berdurasi
sedang, dan insulin Ultralente berdurasi panjang. Variabilitas dalam
absorpsi, pemberian preparat yang tidak konsisten kepada pasien, dan
perbedaan sifat farmakokinetik dapat menyebabkan respon glukosa yang
labil, hipoglikemia nokturnal, dan hiperglikemia saat puasa.
c. Insulin kerja panjang
Dimosdifikasi
dengan menambah protamin untuk mengubah efek kerjanya. Campuran insulin
protamin diabsorpsi dengan lambat dari tempat suntikan sehingga efek
kerjanya menjadi lebih panjang. Contoh PZI.
Insulin glargine adalah
insulin manusia yang berdurasi panjang dan tidak mempunyai efek maksimum
yang dikembangkan untuk meniadakan kekurangan dari insulin durasi
sedang dan durasi panjang lainnya. Hasil Insulin glargine adalah
hipoglikemia nokturnal lebih sedikit terjadi daripada pemberian insulin
NPH sesaat sebelum tidur malam pada pasien DM tipe 1.
d. Insulin Ifasik
Insulin
yang sudah dicampur seperti mixtard 30/70 yang mengandung 30 % regular
dan 70 % isopan. Awal kerjanya dan kekuatannya tergantung dari proporsi
komponen insulin kerja cepatnya, sedang lama kerjanya sampai 24 jam.
Farmakokinetika produk insulin inhalasi yang sedang dalam pengembangan ternyata mirip dengan preparat insulin durasi-cepat.
§ Kekuatan Insulin
Pada
saat ini, insulin dupasarkan dalam kemasan flakon 10 ml dengan
konsentrasi 40 dan 100 unit/ml (U-40, U-100) dan kemasan 1,5 cc dalam
penfil (untuk novopen) dengan konsentrasi 100 U/ml.
§ Farmakokinetika.
Macam-macam jalur pemberian insulin;
1. Subkutan.
Absorbsi
setelah pemberian insulin subkutan bervariasi dan bergantung pada
lokasi penyuntikan dan variasi individu.Pemberian insulin subkutan terus
menerus memberikan hasil yang memuaskan untuk pengendalian keadaan
diabetes.
2. Intravena
Insulin yang diberikan secara intravena
akan bekerja cepat, 2-5 menit sesudah pmberiaannya sesudah akan tampak
efek penurunan glukosa darah. Pada keadaan ketoasidosis diabetik
diperlukan insulin 1-2 mU/kg bb/menit agar kadar dalam plasmanya
kira-kira 100mU/dl. Untuk mempertahankan keadaan ini dilakukan
usaha-usaha seperti pemberian insulin dosis keci intravena secara
terus-menerus atau memberikanya emlalui infus dengan dosis 7,2 U/jam.
3. Intramuskular.
Secara
intramuskular pemberiaan insulin kerja singkat ternyata mempunyai
penyerapan 2 x lebih cepat dibandingkan suntikan subkutan. Menurut
Guerra menemukan bahwa pada orang normal pemberian secara intramuskular
akan menghasilkan kerja lebih cepat dan kadar lebih tinggi dibanding
pemberian secara subkutan.
Peningkatan kecepatan penyerapan dapat
dilakukan dengan melakukan pemanasan pada daerah suntikan, melakukan
pemijatan pada daerah suntikan, melakukan kegiatan fisis dengan lengan
/tungkai ang diberikan suntikan.
Kedalaman menyuntik:
Kedalama
suntikan akan mempengarui absorpsi insulin. Suntikan tepat dibawah kulit
(kedalam rete cutis)akan lebih cepat daripada jaringan lemak subkutis.
Konsentrasi Insulin
Insulin
dengan konsentrasi 40 atau 100 U/ml tidak akan mempengaruhi absorpsi,
tetapi insulin 10U/ml akan lebih cepat diabsorpsi daripada yang 500U/ml.
§ Dosis dan Cara Pemberian
Meningkatkan
dosis insulin juga akan memperpenjang kerjanya. Telah diteliti bahwa
peningkatan 0,1 U/kg (untuk 0,1-0,3 U/kg) lama kerjanya akan
diperpanjang kira-kira 1 jam lamanya.
Dosis insulin untuk pasien
dengan metabolisme glikosa yang berubah harus diukur secara individu.
Pada DM tipe 1, rata-rata kebutuhan insulin harian adalah 0,5-0,6
unit/kg, dengan kurang-lebih 50% digunakan sebagai insulin basal dan
sisanya 50% untuk menurunkan kadar gula darah sesudah makan. Selama
honeymoon phase, dosis ini bisa menurun hingga 0,1-0,4 unit/kg. Selama
penyakit akut atau adanya ketosis atau pada keadaan resistensi relatif
insulin, dosis yang lebih tinggi (0,5-1 unit/kg) dibutuhkan. Pada pasien
DM tipe 2, dibutuhkan dosis yang lebih tinggi (0,7-2,5 unit/kg) untuk
pasien dengan resistensi insulin yang signifikan. Dosis sangat
bervariasi tergantung reistensi insulin dan insulin oral yang diberikan
bersama.
Hipoglikemia merupakan efek samping yang paling umum dari penggunaan insulin. Cara penanganannya adalah
- Glukosa (10-15 g) yang diberikan secara oral direkomendasikan untuk diberikan pada pasien yang tidak sadar.
- Dekstrosa IV mungkin dibutuhkan oleh pasien yang hilang kesadaran.
- Glukagon, 1 g IM, merupakan cara penanganan pilihan saat pemberian IV tidak berhasil pada pasien yang hilang kesadaran.
§ Penyimpanan.
Insulin
yang belum dibuka direkomendasikan untuk disimpan di lemari es (36°-46°
F) sebelum digunakan. Tanggal kadaluarsa dari pabrik yang tertera pada
kemasan insulin berlaku untuk insulin yang belum dibuka dan disimpan
dalam lemari es. Sekali insulin digunakan, tanggal kadaluarsa tersebut
bervariasi tergantung insulin dan alat pemberiannya. Tabel 2 memberikan
data tanggal kadaluarsa untuk insulin yang disimpan pada suhu kamar
(59°-86° F). Untuk alasan finansial, pasien dapat menggunakan insulin
lebih lama dari tanggal kadaluarsanya, tetapi harus hati-hati terhadap
kontrol gula darah dan gejala dari kerusakan insulin (menggumpal,
mengendap, berubah warna, dll).
§ Beberapa informasi tentang insulin yang beredar di pasaran:
1. ACTRAPID HM/ ACTRAPID HM PEN FILL (Ferron/Novo Nordisk)
Komponen: Larutan netral dari monokomponen insulin manusia. Rekombinan DNA asli.
Indikasi: DM.
Dosis
: Jika digunakan sebagai terapi tunggal, biasanya diberikan 3 x atau
lebih sehari. Penfill SK, IV,1M. Harus digunakan dengan Novo pen 3 &
jarum Nolvofine 30 G x 8 mm. Tidak dianjurkan untuk pompa insulin.
Durasi daya kerja setelah injeksi SK: Onset ½ jam, puncak: 1-3 jam.
Terminasi setelah 8 jam.
Kontrainsikasi: Hipoglikemia, insulinoma. Penggunaan pada pompa insulin.
Perhatian: Stres psikis, infeksi atau penyakit lain yg Imeningkatkan kebutuhan insulin. Hamil.
Efek Samping: Jarang, alergi & lipoatrofi.
Interaksi
Obat: MAOI, alkohol, beta bloker meningkatkan efek hipoglikemik.
Kortikosteroid, hormon tiroid, kontrasepsi oral, diuretik meningkatkan
kebutuhan insulin.
Kemasan: Vial 40 ui/ml x 10ml (Rp88,000). 100 ui/ml x 10 ml (Rp198.000). Penfill 100 ui/ml x 3 ml x 1 (Rp73.000), 5 (Rp365,600).
2. HUMALOG/HUMALOG MIX 25 (Eli Lilly)
Komponen: Per Humalog Insulin lispro. Per Humalog Mix 25 Insulin lispro 25%, insulin lispro protamine suspensi 75%.
Indikasi:
Untuk pasien DM yang memerlukan insulin untuk memelihara homeostasis
normal glukosa. Humalog Stabilisasi awal untuk DM. dapat digunakan
bersama insulin manusia kerja lama untuk pemberian pra-prandial.
Dosis:
Dosis bersifat individual. Injeksi SK Aktivitas kerja cepat dari obat
ini membuat obat ini dapat diberikan mendekati waktu makan (15 menit
sebelum makan).
Kontraindikasi: Hipoglikemia. Humalog Mix 25 tidak untuk pemberian IV.
Perhatian:
Pemindahan dari terapi insulin lain.Penyakit atau ganguan
emosional.Gagal ginjal atau gagal hati. Perubahan aktivitas fisik atau
diet. Hamil.
Efek Samping: Lipodistrofi, reaksi alergi lokal & sistemik, hipoglikemia.
Interaksi
Obat: Kontrasepsi oral, kortikosteroid, atau terapi sulih tiroid dapat
menyebabkan kebutuhan tubuh akan insulin meningkat. Obat hipoglikemik
oral, salisilat, antibiotik sulfa, dapat menyebabkan kebutuhan tubuh
akan insulin menurun.
Kemasan: Cartridge Humalog 100 iu/mL x 3 mL x 5
(Rp650,000/boks). Cartridge Humalog Mix 25 100 iu/mL x 3 mL x 5
(Rp650,000/ boks).
3. HUMULIN (Eli Lilly)
Komponen: Humulin R
Regular soluble human insulin (recombinant DNA origin). Humulin N
lsophane human insulin (recombinant DNA origin). Humulin 30/70 Regular
soluble human insulin 30% & isophane human insulin suspensi 70%
(recombinant DNA origin).
Indikasi: DM.
Dosis: Injeksi secara SK,
1M, Humulin R dapat diberikan secara IV. Dosis disesuaikan dengan
kebutuhan individu. Humulin R mulai kerja ½ jam, lamanya 6-8 jam,
puncaknya 2-4 jam. Humulin N Mulai kerja 1-2 jam, lamanya 18-24 jam,
puncaknya 8-12 jam. Humulin 30/70 Mulai kerja ½ jam, lamanya 14-15 jam,
puncaknya 1-8 jam.
Kontrainsikasi: Hipoglikemia.
Perhatian: Pemindahan dari insulin lain, sakit atau gangguan emosi, diberikan bersama obat hiperglikemik aktif.
Efek Samping: Jarang, lipodistrofi, resisten terhadap insulin, reaksi alergi lokal atau sistemik.
Kemasan: Vial 40 ui/ml x 10 ml (Rp111,000).100 ui/ml x 10 ml (Rp245,000). Cartridge 100 ui/ml x 3 ml x 5 (Rp475,000).
2.2 Antidiabetika Oral
Pada
tahun 1954 karbutamid diperkenalkan sebagai obat antidiabetes oral
pertama dari kelompok sulfonilurea yang struktur dan efek sampingnya
mirip sulfonamida. Beberapa tahun kemudian disintesa derivatnya, yaitu
tolbutamid dan klorpropamid, tanpa efek sulfa, yang selanjutnya disusul
oleh banyak turunan lain dengan daya kerja yang lebih kuat.
Sementara
itu sekitar tahun 1959 ditemukan senyawa lain dengan daya antidiabetes,
yaitu kelompok biguanida (metformin). Akhirnya pada tahun 1990
dipasarkan kelompok penghambat jenis enzim (akarbose, miglitol) yang
cara kerjanya sangat berlainan dengan kedua lainnya. Semua obat ini
hanya boleh diberikan pada penderita tanpa ketoasidosis.
2.2.1 Sulfonilurea (klorpropamide, tolbutamide, glibenklamide, gliklazide, glipizid, glikuidon, glimepiride)
§ Mekanisme Kerja
Mekanisme
kerjanya adalah merangsang pelepasan insulin dari sel b, sehingga
terjadi peningkatan sekresi insulin. Di dalam tubuh sulfonilurea akan
terikat pada reseptor spesifik sulfonilurea pada sel beta pankreas.
Ikatan tersebut menyebabkan berkurangnya asupan kalsium dan terjadi
depolarisasi membran. Kemudian kanal Ca+ terbuka dan memungkinkan
ion-ion Ca2+ masuk sehingga terjadi peningkatan kadar Ca2+ di dalam sel.
Peningkatan tersebut menyebabkan translokasi sekresi insulin ke
permukaan sel. Insulin yang telah terbentuk akan diangkut dari pankreas
melalui pembuluh vena untuk beredar ke seluruh tubuh. Obat ini hanya
efektif bagi penderita NIDDM yang tidak begitu berat, yang sel-sel
betanya masih bekerja cukup baik. Golongan ini mampu menurunkan kadar
gula puasa 60-70 mg/dL dan menurunkan HbA1c 1,5-2 %.
§ Klasifikasi
Sulfonilurea
diklasifikasikan menjadi sulfonilurea generasi pertama dan kedua.
Pembagian tersebut didasarkan atas kekuatan daya kerja dan efek samping
yang ditimbulkan obat tersebut. Sulfonilurea generasi pertama meliputi
asetoheksamid, klorpropamid, tolazamid dan tolbutamid. Generasi kedua
meliputi glimepirid, glipizid dan gliburid. Generasi kedua berdaya kerja
lebih kuat daripada generasi pertama. Perlu diketahui bahwa semua
obat-obat sulfonilurea akan menghasilkan efek sama dalam menurunkan
kadar gula darah jika diberikan dosis yang sesuai.
§ Farmakokinetik
Resorpsinya
dari usus umumnya lancar dan lengkap, sebagian besar terikat pada
protein antara 90-99%. Plasma-t½-nya berkisar antara 4-5 jam
(tolbutamid, glizipida), 6-7 jam (glibenklamida) sampai 10 jam
(gliklazida) atau lebih dari 30 jam (klorpropamida).
§ Efek samping
Efek
samping utama yang diketahui dari sulfonilurea adalah hipoglikemia.
Kadar gula darah puasa merupakan indikator akan potensi terjadinya
hipoglikemia. FPG yang tinggi menandakan peluang terjadinya hipoglikemia
besar. Hiponatremia (serum natriun <129>60 tahun), wanita,
penggunaan bersama diuretik tiazid.
Efek samping lain dari penggunaan
sulfonilurea antara lain adalah ruam kulit, anemia hemolitik, gangguan
gastrointestinal dan kolestasis. Reaksi tipe disulfiram pernah
dilaporkan terjadi pada pengguna tolbutamid dan klorpropamid yang
dikombinasi dengan alkohol.
§ Interaksi obat
Tabel 4 memaparkan
obat-obat yang berinteraksi dengan sulfonilurea berikut dengan mekanisme
kerjanya. Interaksi obat-obat sulfonilurea generasi pertama umumnya
berikatan secara ionik, sedangkan obat-obat generasi kedua lebih banyah
berikatan secara nonionik. Obat-obat penginduksi atau penghambat CYP450
2C9 harus dimonitor ketika digunakan bersamaan dengan sulfonilurea.
Semua obat yang diketahui berefek merubah kadar gula darah perlu
dipertimbangkan penggunaannya bila akan dikombinasi dengan sulfonilurea.
Tabel 4 Obat-obat yang berinteraksi dengan sulfonilurea
Interaksi
Obat
Mengubah posisi ikatan protein : Warfarin, salisilat, fenilbutazon, sulfonamida.
Merubah metabolisme hati (sitokrom-P450) : Kloramfenikol, penghambat MAO, simetidin, rifampin
Perubahan ekskresi ginjal : Alopurinol, probenesid
§ Dosis
Dosis
awal dan dosis maksimum dari sulfonilurea dipaparkan pada tabel 5.
Untuk pasien berusia lanjut dengan fungsi hati dan ginjal yang masih
baik, dianjurkan menggunakan dosis sedikit lebih rendah daripada
umumnya. Agar tujuan terapi dapat tercapai, peningkatan dosis diberikan
setiap 1-2 minggu (untuk klorpropamid sebaiknya dengan interval lebar).
§ Cara penggunaan
Klorpropamid dan glibenklamid yang masa kerjanya panjang dapat diberikan 1 kali sehari sebelum atau bersama sarapan.
Glikazid
dan glipizid dosis rendah diberikan 1 kali sehari sebelum atau bersama
sarapan, dosis tinggi diberikan dalamdosis terbagi.
Glikuidon dosis tinggi diberikan dalam 2-3 kali sehari.
§ Beberapa informasi tentang sulfonilurea yang beredar di pasaran:
o DAONIL/SEMI-DAONIL (Sanofi Aventis)
Komponen : Glibenklamid
Indikasi
: DM tipe 2 (NIDDM), dimana kadar gula darah tidak dapat dikendalikan
secara adekuat dengan diet, latihan fisik dan penurunan berat badan
saja.
Dosis : Dosis awal ½-1 tablet Daonil atau 1-2 tablet semi-Daonil, diberikan 1x sehari.
Kontraindikasi : DM tipe 1, koma diabetikum, dekompensasi metabolik diabetik, kerusakan hati yang parah dan disfungsi hati.
Perhatian : Sensitivitas hilang dengan sulfonamid dan derivatnya. Hamil dan laktasi.
Efek samping : Gangguan gastrointestinal, reaksi hipersensitivitas, diskrasia darah.
Interaksi
Obat : Alkohol, β-bloker, dezafibrat, biguanid, kloramfenikol,
klorfibrat, derivat kumarin, MAOI, salisilat, tetrasiklin mempotensi
efek hipoglikemi.
Kemasan : Tablet semi-Dionil 2,5 mg x 100 (Rp111.430). Tablet Dionil 5 mg x 100 (Rp230.945)
o ALDIAB (Glipizid 5mg/tab; Merck)
o CONDIABET (Glibenklamid 5mg/tab;Armoxinda Farma)
o GLUCONIC (Glibenklamid 5mg/tab; Nicholas)
o AMARYL (Glimepirid 1, 2, 3, 4mg/tab; Sanofi aventis)
o GLUCOTROL (Glipizid 5,10mg/tab; Pfizer), dll.
2.2.2 Biguanida (metformin)
§ Mekanisme Kerja
Golongan
Biguanida ini mempunyai efek menurunkan kadar gula darah yang meningkat
pada penderita diabetes, tetapi tidak meningkatkan sekresi insulin.
Penurunan kadar gula darah ini disebabkan oleh peningkatan asupan
glukosa ke dalam otot, penurunan glukoneogenesis yang meningkat dan
penghambatan absorpsi glukosa intestinal. Metformin meningkatkan
sensitivitas insulin di hati dan jaringan periferal (otot). Mekanisme
pasti bagaimana metformin dapat meningkatkan sensitivitas insulin masih
diteliti. Tetapi mungkin berhubungan dengan adanya
adenosine-5-monofosfat yang mengaktifkan aktivitas protein kinase,
tirosin kinase dan glukosa transporter.
Efeknya ialah turunnya kadar
insulin yang terlalu kuat dan penurunan berat badan, karena bersifat
menekan nafsu makan. Pada orang normal, mekanisme antiregulasi akan
menutupi efek obat sehingga kadar gula tidak berubah. Metformin
tampaknya memperkuat efek insulin dengan meningkatkan ikatan insulin
pada reseptornya.
§ Farmakokinetik
Penyerapan oleh usus baik
sekali dan obat ini dapat digunakan bersamaan dengan insulin atau
sulfonilurea. Metformin mencapai kadar puncak dalam darah setelah 2 jam
dan diekskresi melalui urin dalam keadaan utuh dengan waktu paruh 2-5
jam. Metformin mempunyai bioavailabilitas oral sekitar 50-60%, kelarutan
rendah pada lemak & memiliki volume distribusi pada cairan tubuh.
Metformin tidak dimetabolisme dan tidak berikatan dengan protein plasma.
Metformin dieliminasi melalui sekresi tubular ginjal dan filtrasi
glomerular. Waktu paruh metformin yaitu 6 jam, secara farmakodinamik
efek antihiperglikemia metformin > 24 jam.
§ Efek Samping
Metformin
mempunyai efek gastrointestinal seperti mual, kembung, diare pada
sekitar 30% pasien, anoreksia dan perasaan kenyang menyebabkan
terjadinya penurunan berat badan. Efek samping ini dapat diatasi dengan
pemberian obat secara titrasi lambat. Efek samping ini biasanya terjadi
selama beberapa minggu. Jika terjadi efek samping pastikan pasien minum
metformin dengan makanan atau setelah makan dan kurangi dosis hingga
efek samping gastrointestinal ini tidak terjadi. Peningkatan dosis dapat
dilakukan dalam beberapa minggu. Terapi metformin jarang terjadi
asidosis laktat (3 kasus per 100.000 pasien tiap tahun). Metformin
digunakan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, jika diketahui
kadar serum kreatinin yaitu 1,4 mg/dl pada wanita dan 1.5 mg/dl pada
pria maka metformin dikontraindikasikan. Metformin tidak boleh diberikan
pada pasien lanjut usia yang telah mengalami penurunan masa otot,
dimana jumlah rata-rata filtrasi glomerular kreatinin urin selama 24 jam
kurang dari 70-80 ml/menit.
§ Interaksi
Interaksi yang Merugikan :
a. Metformin-fenprokumon
Menyebabkan peningkatan eliminasi fenprokumon. Hal ini dihubungkan dengan adanya peningkatan aliran darah ke hati.
b. Metformin-alkohol
Alkohol
meningkatkan efek antihiperglikemi dan hiperlaktatemi dari metformin.
Meskipun demikian, pasien yang diobati dengan metformin sebaiknya
menghindari alcohol.
Interaksi yang Menguntungkan :
a. Metformin-golongan sulfonilurea
Merupakan
kombinasi yang rasional karena mekanisme kerja yang berbeda yang saling
aditif. Kombinasi tersebut dapat menurunkan kadar glukosa darah lebih
banyak daripada pengobatan tunggal masing-masing obat tersebut.
b. Metformin-insulin
Kombinasi ini dianjurkan pada pasien obesitas yang kadar glukosa darahnya sulit dikendalikan.
§ Dosis dan Pemberian
Metformin
biasanya diberikan dengan dosis 500 mg 2 kali sehari dengan makanan
untuk mengurangi efek samping gastrointestinal. Metformin dapat
ditingkatkan dosisnya dari 500 mg tiap minggu hingga tercapai glikemik
atau 2000 mg/hari. Dimungkinkan dosis metformin sehari 850 mg dan
kemudian ditingkatkan setiap 1 atau 2 minggu hingga mencapai dosis
maksimal 850 mg sehari 3 kali (2550 mg/hari), sekitar 80% efek penurunan
glikemik terlihat pada dosis maksimal efektif 1500 mg dan 2000 mg/hari.
§ Cara penggunaan
Pemberian
metformin dapat dimulai dengan dosis 500 mg saat makan malam atau
sesudah makan dan dititrasi tiap minggu sebesar 500 mg dengan toleransi
pemberian dosis tunggal malam hari sebesar 2000 mg/hari. Metformin
dengan pemberian 2-3 kali sehari dapat mengurangi efek samping
gastrointestinal dan memberi kontrol glikemik. Penggunaan metformin
maksimal 3g/hari.
Tablet Metformin 750 mg dapat dititrasi tiap minggu
hingga mencapai dosis maksimum 2250 mg/hari dengan terlebih dahulu
diberikan dosis 1500 mg/hari dapat memberikan efek penurunan glikemik.
§ Perhatian
Metformin
tidak dianjurkan untuk anak-anak. Obat ini pernah diberikan pada ibu
hamil tanpa timbulnya masalah khusus. Tetapi umumnya kehamilan dianggap
sebagai kontraindikasi. Metformin dapat masuk ke dalam air susu ibu
dalam jumlah kecil karena itu sebaiknya dihindarkan pada wanita
menyusui.
§ Beberapa informasi tentang metformin yang beredar di pasaran:
o GLUCOPHAGE (Merck)
Komponen : Metformin HCl
Indikasi
: Pengobatan awal untuk NIDDM dengan berat badan lebih atau normal dan
diet gagal. Terapi tunggal pada kegagalan sulfonilurea primer dan
sekunder. Terapi tambahan pada IDDM untuk menurunkan dosis insulin yang
dibutuhkan.
Dosis :Tablet 500 mg Awal 1 tablet 2 kali sehari. Dosis pemeliharaan 1 tablet 3 kali sehari, maks 1 tablet 3 kali sehari.
Kontraindikasi
: DM yang koma, ketoasidosis, kerusakan fungsi ginjal yang serius,
penyakit hati yang kronik, gagal jantung, infark miokard, alkoholisme,
penyakit kronik dan akut yang berhubungan dengan hipoksia jaringan,
riwayat penyakit yang berhubungan dengan asidosis laktat, syok,
hipersensitivitas.
Perhatian : Fungsi ginjal yang kurang sempurna.
Monitor fungsi ginjal secara teratur. Hamil dan menyusui hentikan terapi
2-3 hari sebelum operasi. Kondisi yang dapat menyebabkan dehidrasi,
penderita dengan infeksi serius atau trauma.
Efek samping : Gangguan gastrointestinal, asidosis laktat.
Interaksi
obat : Sulfonilurea, insulin menyebabkan hipoglikemia. Alkohol
meningkatkan resiko asidosisi laktat. Absorpsi vitamin B12 terganggu.
Perlu penyesuaian dosis antikoagulan. Simetidin menurunkan bersihan
ginjal.
Kemasan : Tablet 500 mg x 100 (Rp91.300), (Askes) 180 (Rp20.700). 850 mg x 100 (Rp137.500), (Askes) 120 (Rp25.530).
o Benofomin (Benofarm)
o Diabex / Diabex Forte (Combiphar)
o Diafac (Phapros)
o Eraphage (Guardian)
o Forbetes (Sanbe)
o Formell (Alpharma)
o Gliformin (Tempo Scan Pasific)
o Glucotika (Ikapharmindo), dll.
2.2.3 Penghambat a-Glukosidase
§ Mekanisme Kerja
a-Glukosidase
inhibitor yang sering digunakan dalam pengobatan DM adalah acarbose dan
miglitol. Mekanisme kerjanya yaitu dengan menghambat kerja enzim
(maltase, isomaltase, sukrase, dan glukoamilase) secara kompetitif dalam
usus halus sehingga menunda pemecahan sukrosa dan kompleks karbohidrat.
Efeknya adalah mengurangi kadar glukosa darah 2 jam sesudah makan.
§ Farmakokinetik
Mekanisme
aksi dari a-Glukosidase inhibitor hanya terbatas dalam saluran cerna
beberapa metabolit acarbose diabsorpsi secara sistemik dan diekskresikan
melalui renal. Sedangkan sebagian besar miglitol tidak mengalami
metabolisme.
§ Indikasi
Sebagai tambahan terhadap sulfonilurea atau biguanid pada DM yang tidak dapat dikendalikan dengan obat dan diet.
§ Efek samping
Efek samping yang sering terjadi adalah flatulence, bloating, kembung, diare.
§ Interaksi Obat
Meningkatkan efek antikoagulan dari warfarin. Dapat menurunkan efek digoksin.
§ Dosis
Dosis
awal yang biasa digunakan 25 mg satu kali sehari, dapat ditingkatkan
secara bertahap maksimum sampai 50 mg tiga kali sehari untuk pasien
dengan berat badan ≤ 60 kg atau 100 mg tiga kali sehari untuk pasien
dengan berat badan >60 kg.
§ Informasi tentang akarbose yang beredar di pasaran:
o GLUCOBAY 50 / GLUCOBAY 100 (Bayer)
Komposisi : Akarbose
Indikasi : Terapi tambahan untuk diet penderita DM.
Dosis : Tergantung respon individu, biasanya 50 mg. Setelah 4-8 minggu dapat ditingkatkan menjadi 100-200 mg 3x sehari.
Kontraindikasi
: Penderita <> 99%). Pioglitazon terutama dimetabolisme oleh
CYP2C8, dan dalam jumlah sedikit (17%) juga dimetabolisme oleh CYP3A4,
yang kemudian akan dieliminasi melalui feses. Rosiglitazon terutama
dimetabolisme oleh CYP2C8, dan dalam jumlah sedikit juga dimetabolisme
oleh CYP2C9. Waktu paruh kedua obat ini masing-masing adalah 3-7 jam dan
3-4 jam. Durasi kedua obat ini sebagai antihiperglikemia lebih dari 24
jam.
§ Efek samping
Troglitazon (Thiazolidinediones yang pertama
kali digunakan untuk pengobatan DM) menyebabkan idiosinkrasi
hepatotoksisitas. Sekitar 1,9% pasien yang mengkonsumsi Troglitazon
mengalami peningkatan kadar ALT (Alanin aminotransferase) lebih dari 3
kali lipat dari batas normalnya. Sedangkan untuk penggunaan pioglitazon
dan rosiglitazon belum ada bukti yang menunjukkan terjadi
hepatotoksisitas pada pasien yang mengkonsumsi kedua obat ini. Walaupun
begitu, sebaiknya pasien yang menggunakan kedua obat ini harus dimonitor
kadar ALTnya.
Efek samping pioglitazon dan rosiglitazon yang
terpenting adalah terjadinya resistensi cairan. Penyebab terjadinya
resistensi cairan in belum terlalu jelas, tetapi mungkin berkaitan
dengan vasodilasi perifer dan atau peningkatan sensitisasi insulin yang
menyebabkan terjadinya peningkatan sodium ginjal dan retensi air.
Peningkatan berat badan juga dapat terjadi pada penggunaan pioglitazon
dan rosiglitazon, karena terjadinya retensi cairan dan penumpukan lemak.
Selain itu, ternyata di samping menstimulasi diferensiasi sel lemak,
Thiazolidinediones juga menurunkan kadar leptin yang berperan dalam
mengatur nafsu makan dan pemasukan makanan.
§ Interaksi obat
Belum
ada catatan mengenai interaksi obat yang bermakna signifikan terhadap
penggunaan pioglitazon dan rosiglitazon. Kedua obat ini tidak
memperlihatkan kemungkinan untuk berperan sebagai inhibitor maupun
inducer bagi enzimCYP3A4 dan CYP2C8 (untuk pioglitazon) maupun enzim
CYP2C8 dan CYP2C9.
§ Dosis dan pemberian
Dosis awal Pioglitazon
dan rosiglitazon yang direkomendasikan masing-masing adalah 15mg dan
2-4mg 1xsehari. Peningkatan dosis mugkin saja dilakukan, dengan
mempertimbangkan tujuan terapi dan efek samping. Dosis maksimum untuk
pioglitazon adalah 45mg perhari, dan untuk rosiglitazon adalah 8mg
perhari.
§ Beberapa informasi tentang tiazolidinedion yang beredar di pasaran :
o ACTOS (Takeda)
Komposisi : Pioglitazon HCl
Indikasi
: Kombinasi oral dengan sulfonilurea dan metformin pada penatalaksanaan
DM tipe 2 pada pasien insufiensi kontrol glikemik dengan monoterapi
sulfonilurea atau metformin.
Dosis : Awal 15-30 mg 1x sehari. Jika dikombinasi dengan sulfonilurea/metformin 15 mg atau 30 mg 1x sehari.
Perhatian
: Retensi cairan yang dapat menyebabkan gagal jantung presipitasi atau
eksaserbasi. Disfungsi hepatoselular. Monitor enzim liver. Hamil dan
laktasi.
Efek samping : Sakit kepala, anemia, berat badan meningkat, artralgia, pusing.
Interaksi obat : Tidak ada interaksi obat dengan digoksin, warfarin, phenprocoumon, metformin dan sulfonilurea.
Kemasan : Tablet 15 mg x 2 x 7 (Rp68.200). 30 mg x 2 x 7 (Rp98.670).
o AVANDAMET (Rosiglitazon maleat 1mg, Metformin HCl 500mg/tab; GlaxoSmithKline).
o AVANDIA (Rosiglitazon 2mg/tab, 4mg/tab, 8mg/tab; GlaxoSmithKline).
o DECULIN (Pioglitazon HCl 15mg/tab, 30mg/tab; Dexamedica).
PERTANYAAN
1. Apakah obat DM (metformin) dapat digunakan sebagai obat diet dalam penekanan nafsu makan?
Jawab :
Metformin
dapat digunakan sebagai obat diet karena bersifat menekan nafsu makan.
Pada orang normal, mekanisme antiregulasi akan menutupi efek obat
sehingga kadar gula tidak berubah. Metformin memperkuat efek insulin
dengan meningkatkan ikatan insulin pada reseptornya. Jadi, walaupun
digunakan pada orang normal tidak akan mengganggu kadar glukosa
darahnya.
2. Wanita hamil yang menderita DM dan pengobatannya
tidak bisa diet secara normal. Apakah pengobatan dengan menggunakan
Insulin atau dengan obat lain dan bagaimana efeknya?
Jawab :
Pada
wanita hamil, metformin tidak dianjurkan selama masa kehamilan dan
laktasi, karena dikhawatirkan dapat menyebabkan efek teratogenik pada
janin. Dan obat-obat oral dapat berdifusi ke dalam janin melalui
plasenta juga pada wanita yang sedang menyusui tidak dianjurkan
menggunakan antidiabetik oral karena dapat mencapai air susu ibu (Ca 15
%). Sehingga sebagai gantinya selalu disuntikkan dengan insulin.
Dosis
untuk wanita hamil sama seperti orang DM penderita tipe I, yaitu pada
DM tipe 1, rata-rata kebutuhan insulin harian adalah 0,5-0,6 unit/kg,
dengan kurang-lebih 50% digunakan sebagai insulin basal dan sisanya 50%
untuk menurunkan kadar gula darah sesudah makan.
3. Apa yang dimaksud dengan memperbaiki gejala pada pengobatan DM dan Insulin (preparat ) dari hewan atau dari sintetik?
Jawaban:
a. jenis insulin yang dimurnikan
Tahun
1971, ketika insulin jenis “puncak tunggal” dan mono komponen mulai
dikenal, Alloway Bressler mulai meneliti hubungan insulin jenis ini
dengan terjadinya lipoatropi insulin, alergi insulin, hipertrofi insulin
dan diabetes yang labil.
b. Insulin puncak tunggal
Insulin puncak
tunggal adalah insuli yang dengan kromatografi gel memakai Sephandex
G-50 dalam asam asetat 1 molar hanya menghasilkan 1 puncak.
c. Insulin yang sangat dimurnikan
Insulin
yang sangat dimurnikan (highly purified) adalah insulin babi yang
melalui proses pemurnian lebih lanjut dengan cara kombinasi kromatografi
gel da pertukaran ion. Decret menmukan pasien-pasien yang diobati
dengan insulin kerja panjang yang sangat dimurnikan dan berasal dari
babi, mempunyai kadar antibody terhadap insulin lebih sedikit secara
bermakna, disbanding insulin yang dimuurnikan biasa.
d. Insulin monokomponen
Insulin
monokomponen adalah insulin puncak tunggal yang dimurnikan lebih lanjut
oleh DEAE selulosa kromatografi dan sephandex G-50 kromatografi.
Schlichtkrull, menyatakan bahwa insulin jenis ini mempunyai kemurnian
99,5 %, dan ternyata penyelidikan pada binatang memperlihatkan insulin
ini tidak bersifat antigenic.
e. Human insulin
Insulin human ini
dapat diproduksi melalui cara modifikasi kimiawi insulin yag berasal
dari babi (semesintetik) yaitu dengan melakukan reaksi trans-peptidase
pad insulin babi, dimana residu alanin no 30 pada rantai B digantikan
ster treonin. Ester ini kemudian dimurnikan, dikonversi menjadi insulin
human. Atau dengan cara lain yang lebih sering dipakai yaitu memakai
E.coli atau Baker’s yeast (Sacharomyces cerevisiae) memakai tehnik
rekombinan DNA (biosintetik). Mempunyai awal kerja yang lebih cepat,
puncak dan lama kerja lebih singkat jika dibandingkan dengan insulin
sapi
Source : one84smk.blogspot.co.id